Trump Paksa Apple Produksi iPhone di AS, Pakar: Itu Cuma Dongeng

Teknologi82 Views

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi sorotan setelah mengeluarkan pernyataan kontroversial mengenai Apple. Melalui platform Truth Social, Trump mengancam akan mengenakan tarif impor sebesar 25% untuk produk iPhone jika Apple tidak memproduksi perangkatnya di dalam negeri. Langkah ini langsung memicu respons dari pasar dan para pengamat industri teknologi.

Tekanan Trump dan Ancaman Tarif Impor

Narasi Nasionalisme Industri

Trump menegaskan bahwa Apple sebagai perusahaan teknologi terbesar di AS seharusnya memproduksi iPhone di negaranya sendiri. Ia menyebut bahwa produksi di India dan negara lain mengorbankan pekerja Amerika serta melemahkan industri manufaktur domestik. Tekanan semacam ini bukan pertama kalinya dilontarkan oleh Trump, yang sejak masa kampanye 2016 sudah menyerukan pengembalian produksi ke AS.

Reaksi Pasar dan Apple

Pernyataan Trump berdampak langsung pada saham Apple, yang turun hampir 3% sehari setelah pernyataan itu dipublikasikan. Investor khawatir jika tarif benar-benar diberlakukan, harga jual iPhone akan meningkat dan berdampak pada daya beli konsumen. Apple sendiri belum merespons secara resmi, tetapi analis menilai perusahaan kemungkinan besar akan tetap mempertahankan rantai pasok globalnya.

Realita Kompleksitas Produksi iPhone

Ketergantungan pada Rantai Pasok Global

Produksi iPhone sangat bergantung pada rantai pasokan global yang sudah terbentuk selama dua dekade. Komponen-komponen utama seperti chip, kamera, dan layar diproduksi di berbagai negara, sementara proses perakitan sebagian besar dilakukan oleh Foxconn dan Pegatron di China dan India.

Mengalihkan seluruh produksi ke AS akan membutuhkan restrukturisasi besar-besaran yang mencakup logistik, teknologi manufaktur, dan tenaga kerja.

Biaya dan Infrastruktur

Menurut analis dari Wedbush Securities, Dan Ives, jika Apple benar-benar memproduksi iPhone di AS, harga perangkat bisa melonjak menjadi USD 3.500, lebih dari tiga kali lipat harga saat ini. Ini disebabkan biaya tenaga kerja yang jauh lebih tinggi di AS, serta kurangnya infrastruktur manufaktur setara dengan pabrik-pabrik di Asia.

Patrick McGee, penulis “Apple in China: The Capture of the World’s Greatest Company”, menambahkan bahwa pemindahan produksi akan memerlukan waktu 5-10 tahun dengan investasi miliaran dolar.

Pandangan Pakar: Ini Cuma Dongeng

Penilaian Analis Pasar

Banyak analis menyebut gagasan Trump sebagai “dongeng populis.” Mereka menilai Trump menggunakan isu ini sebagai alat kampanye untuk meraih simpati pemilih kelas pekerja. Menurut mereka, tuntutan semacam ini tidak memperhitungkan kompleksitas dan efisiensi rantai pasok global.

Strategi Apple

Apple sendiri telah mulai memindahkan sebagian lini produksi ke India dan Vietnam sebagai upaya mengurangi risiko geopolitik dari ketergantungan pada China. Namun langkah ini bersifat bertahap dan tidak akan menggantikan skala produksi di China dalam waktu dekat.

Produksi di AS saat ini terbatas pada komponen tertentu seperti chip dan server, dan tidak mencakup perakitan iPhone massal.

Dampak Ekonomi: Konsumen Bisa Jadi Korban

Kenaikan Harga Produk

Jika tarif 25% diberlakukan terhadap iPhone buatan luar negeri, maka konsumen AS akan menghadapi kenaikan harga yang signifikan. Ini berpotensi menurunkan permintaan, terutama di segmen pengguna menengah yang sensitif terhadap harga. Beberapa analis memperkirakan iPhone akan mengalami kenaikan harga hingga USD 200 per unit.

Pengaruh terhadap Inflasi dan Konsumsi

Dampak lain yang mungkin terjadi adalah kontribusi terhadap inflasi konsumen. Sebagai salah satu produk elektronik terpopuler, kenaikan harga iPhone dapat berdampak pada indeks harga konsumen secara umum. Hal ini juga dapat menurunkan angka belanja ritel dan memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Realitas Industri dan Retorika Politik

Tekanan Trump terhadap Apple untuk memproduksi iPhone di AS mencerminkan jurang lebar antara retorika politik dan realitas industri teknologi global. Dengan rantai pasokan yang tersebar di berbagai negara dan efisiensi biaya yang sulit ditandingi, gagasan produksi penuh di AS tampak mustahil dalam waktu dekat.

Pakar industri menegaskan bahwa alih-alih menciptakan solusi, tekanan semacam ini bisa menciptakan disrupsi besar terhadap model bisnis perusahaan teknologi Amerika dan merugikan konsumen. Apple dan perusahaan sejenis kemungkinan akan tetap bertahan dengan strategi globalnya sambil perlahan-lahan mendiversifikasi produksi sebagai bentuk mitigasi risiko.

Sejauh ini, produksi iPhone di AS tetap menjadi isu politis, bukan opsi realistis dalam peta industri teknologi dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *