Industri perhotelan di Jakarta tengah menghadapi tantangan berat dalam beberapa tahun terakhir. Terhantam badai pandemi COVID-19 dan diterpa dampak ekonomi global, banyak hotel di ibu kota Indonesia mulai gulung tikar. Fenomena ini tak hanya berdampak pada pemilik usaha, tetapi juga memperlihatkan rapuhnya fondasi sektor perhotelan di tengah krisis yang berkepanjangan.
Penurunan Okupansi dan Ketatnya Persaingan
Efek Langsung Pandemi COVID-19
Sejak awal pandemi pada 2020, tingkat okupansi hotel di Jakarta anjlok drastis. Pembatasan perjalanan, pembatalan acara-acara besar, dan menurunnya daya beli masyarakat menyebabkan hotel kehilangan tamu secara signifikan. Bahkan hingga tahun 2024, banyak hotel belum berhasil kembali ke tingkat okupansi pra-pandemi.
Kelebihan Pasokan dan Harga Sewa Tekan Margin
Selain itu, Jakarta mengalami kelebihan pasokan kamar hotel. Munculnya hotel-hotel baru di tengah situasi belum pulih membuat persaingan semakin ketat. Banyak hotel akhirnya banting harga demi menarik tamu, namun ini justru menekan margin keuntungan dan mempercepat kerugian operasional.

Lonjakan Penjualan Hotel di Pasar Sekunder
Ribuan Hotel Mulai Dilepas
Data dari situs properti mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah hotel yang dijual di Jakarta. Pada Mei 2025, jumlah properti hotel yang dijual mencapai 2.722 unit, naik tajam dari bulan sebelumnya yang hanya 2.453 unit. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak pengelola hotel memilih jalan keluar dengan menjual aset mereka.
Penawaran dari Hotel-Hotel Ternama
Bukan hanya hotel kecil atau menengah, beberapa properti kelas atas pun turut dijual. Salah satu contoh mencolok adalah Le Meridien Hotel di kawasan Jenderal Sudirman yang ditawarkan dengan harga fantastis Rp2,7 triliun. Hotel Ibis Budget di kawasan Tanah Abang juga dikabarkan dijual dengan banderol Rp85 miliar. Ini menunjukkan bahwa tekanan tidak hanya dirasakan pelaku kecil, tetapi juga korporasi besar.
Penyebab Lain Runtuhnya Industri Hotel
Beban Operasional dan Cicilan Kredit
Hotel adalah bisnis padat modal. Setiap bulan, mereka harus menanggung beban operasional tinggi mulai dari gaji pegawai, pemeliharaan fasilitas, hingga tagihan listrik dan air. Dengan pendapatan yang jauh menurun, banyak pemilik tidak sanggup lagi membayar cicilan pinjaman ke bank.
Perubahan Pola Perjalanan dan Bisnis
Gaya hidup pascapandemi juga berubah. Banyak pelaku bisnis yang kini mengandalkan pertemuan virtual daripada menginap untuk urusan pekerjaan. Sementara itu, tren staycation dan hotel berbasis aplikasi juga mulai menggerus segmen pasar hotel konvensional.

Upaya Bertahan dan Potensi Pemulihan
Strategi Bertahan Beberapa Pelaku
Meskipun banyak yang menyerah, sebagian pelaku tetap bertahan dengan mengubah konsep layanan. Beberapa hotel mengalihkan fungsi sebagai co-working space atau tempat isolasi mandiri. Lainnya memilih untuk menata ulang model bisnis, misalnya dengan digitalisasi dan pemasaran berbasis data.
Harapan dari Wisatawan Domestik
Pemerintah dan pelaku usaha berharap wisatawan domestik bisa menjadi penyelamat industri. Dengan promosi wisata lokal yang masif, tingkat hunian mulai perlahan naik di akhir 2024. Namun, pemulihan penuh masih memerlukan waktu dan konsistensi dari semua pihak.
Peran Pemerintah dan Saran Kebijakan
Stimulus dan Insentif Pajak
Pemerintah daerah dan pusat didorong untuk memberikan stimulus bagi sektor perhotelan, seperti pembebasan pajak atau subsidi operasional sementara. Dukungan ini bisa memberikan ruang nafas agar pelaku usaha tidak langsung menjual aset saat tertekan likuiditas.
Kolaborasi dengan Industri Pariwisata
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diminta aktif menjalin kerja sama dengan industri hotel untuk menggelar event nasional dan internasional yang dapat mendatangkan wisatawan. Hal ini diharapkan bisa menjadi penggerak utama pemulihan industri hotel di ibu kota.

Wajah Baru Industri Perhotelan Jakarta
Kondisi industri hotel di Jakarta saat ini menjadi cerminan betapa rentannya sektor ini terhadap krisis. Banyak gedung yang kini dipasarkan untuk dijual, menggambarkan tidak hanya masalah keuangan, tetapi juga transisi besar dalam pola konsumsi masyarakat.
Meski begitu, harapan pemulihan tetap ada. Dukungan pemerintah, kreativitas pelaku industri, serta perubahan strategi bisnis menjadi kunci agar industri ini tidak benar-benar tumbang. Di tengah badai, Jakarta masih menyimpan potensi untuk bangkit kembali sebagai destinasi unggulan jika langkah yang diambil tepat dan berkelanjutan.