Puisi “Boots” karya Rudyard Kipling adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kelelahan fisik dan mental para tentara selama perang, dengan fokus pada monotonitas langkah kaki yang tak berujung. Dengan struktur berulang yang kuat, puisi ini menciptakan suasana hipnosis yang mencerminkan keputusasaan dan kelelahan.
Puisi ini menjadi elemen suara dalam trailer 28 Years Later, sequel dari 28 Days Later dan 28 Weeks Later. Narasi puisi tersebut memberikan nuansa gelap dan mencekam, sangat sesuai dengan tema film yang menggambarkan dunia post-apokaliptik dan perjuangan bertahan hidup.
Berikut adalah puisi “Boots“ karya Rudyard Kipling:
Boots
(Rudyard Kipling, 1903)
We're foot—slog—slog—slog—sloggin' over Africa—
Foot—foot—foot—foot—sloggin' over Africa—
(Boots—boots—boots—boots—movin' up and down again!)
There's no discharge in the war!
Seven—six—eleven—five—nine-an'-twenty mile to-day—
Four—eleven—seventeen—thirty-two the day before—
(Boots—boots—boots—boots—movin' up and down again!)
There's no discharge in the war!
Don't—don't—don't—don't—look at what's in front of you.
(Boots—boots—boots—boots—movin' up and down again!);
Men—men—men—men—men go mad with watchin' em,
An' there's no discharge in the war!
Try—try—try—try—to think o' something different—
Oh—my—God—keep—me from goin' lunatic!
(Boots—boots—boots—boots—movin' up and down again!)
There's no discharge in the war!
Count—count—count—count—the bullets in the bandoliers.
If—your—eyes—drop—they will get atop o' you!
(Boots—boots—boots—boots—movin' up and down again!)
There's no discharge in the war!
We—can—stick—out—'unger, thirst, an' weariness,
But—not—not—not—not the chronic sight of 'em—
Boot—boots—boots—boots—movin' up and down again,
An' there's no discharge in the war!
'Taint—so—bad—by—day because o' company,
But—night—brings—long—strings o' forty thousand million
Boots—boots—boots—boots—movin' up and down again.
There's no discharge in the war!
I—'ave—marched—six—weeks in 'Ell an' certify
It—is—not—fire—devils, dark, or anything,
But boots—boots—boots—boots—movin' up and down again,
An' there's no discharge in the war!
Analisis dan Relevansi dalam Film
Repetisi kata “Boots—boots—boots—boots” dalam puisi ini menciptakan efek monoton yang mencerminkan rasa kelelahan tanpa akhir, sesuatu yang sangat relevan dengan dunia suram dan penuh kehancuran dalam 28 Years Later. Kombinasi puisi ini dengan adegan trailer menciptakan suasana ketegangan yang intens, mempertegas perasaan putus asa yang menjadi inti narasi film.
Makna Puisi “Boots” oleh Rudyard Kipling
Puisi “Boots” karya Rudyard Kipling adalah gambaran yang kuat tentang monotonitas, kelelahan, dan keputusasaan yang dialami oleh para tentara selama perang. Melalui repetisi kata-kata dan struktur yang sederhana namun mendalam, Kipling menghadirkan suasana mental dan fisik yang tertekan akibat kondisi perang yang tak berujung. Berikut adalah penjelasan makna dari puisi ini:
1. Monotonitas dan Kelelahan yang Tak Berujung
Puisi ini menonjolkan rasa monoton yang dirasakan oleh tentara melalui pengulangan kata “Boots—boots—boots—boots.” Repetisi ini mencerminkan langkah kaki yang terus berulang tanpa tujuan yang jelas, memberikan kesan kelelahan fisik yang menyiksa. Tidak hanya langkah fisik, repetisi ini juga mencerminkan kelelahan mental akibat rutinitas yang membosankan dan tidak ada akhirnya.
Makna:
Kipling ingin menunjukkan bagaimana perang tidak hanya melelahkan tubuh, tetapi juga menggerogoti jiwa seseorang. Kehidupan tentara di medan perang diisi oleh tugas yang berulang, tanpa waktu untuk istirahat atau refleksi.
2. Hilangnya Harapan dan Kebebasan
Frasa “There’s no discharge in the war” (Tidak ada pemecatan di perang) berulang kali diucapkan untuk menegaskan bahwa perang adalah siklus tanpa akhir. Tentara tidak hanya terjebak secara fisik, tetapi juga secara mental. Tidak ada jalan keluar dari tekanan yang mereka alami, bahkan jika mereka selamat secara fisik.
Makna:
Puisi ini menyoroti bagaimana perang merenggut kebebasan seseorang, bukan hanya dari medan perang tetapi juga dari pikiran mereka sendiri. Kondisi perang menciptakan rasa terperangkap yang tidak dapat dihindari.
3. Kehilangan Identitas dan Kemanusiaan
Pengulangan tentang “Boots” membuat elemen manusia, seperti individu atau nama-nama, menghilang dari narasi. Para tentara tidak lagi dipandang sebagai manusia, tetapi sebagai alat perang yang berbaris tanpa akhir. Kehilangan individualitas ini memperkuat dehumanisasi yang terjadi di medan perang.
Makna:
Kipling ingin menggambarkan bagaimana perang mengubah manusia menjadi alat, menghapus identitas mereka, dan memaksa mereka untuk menjalani kehidupan yang tanpa arah.
4. Trauma Psikologis
Kata-kata seperti “Men go mad with watching ’em” (Pria menjadi gila karena melihat mereka) menunjukkan dampak psikologis dari monotonitas ini. Perang tidak hanya membunuh secara fisik, tetapi juga menghancurkan mental para tentara. Rasa kelelahan yang berulang, disertai tekanan mental, membuat para tentara menghadapi risiko trauma psikologis yang mendalam.
Makna:
Puisi ini menyampaikan bahwa perang tidak hanya terjadi di medan pertempuran, tetapi juga di dalam pikiran para tentara. Efek trauma perang berlangsung lama, bahkan setelah perang berakhir.
5. Perang sebagai Kehidupan Tanpa Makna
Puisi ini menyoroti absurditas perang, di mana para tentara terus berjalan, berbaris, dan berjuang tanpa tahu kapan atau bagaimana semuanya akan berakhir. Langkah kaki yang terus-menerus, seperti yang digambarkan oleh “Boots—boots—boots,” adalah metafora untuk perjalanan hidup yang tidak memiliki tujuan jelas saat perang terjadi.
Makna:
Kipling mengkritik perang sebagai sesuatu yang sia-sia, membuang-buang kehidupan manusia, dan meninggalkan kehancuran tanpa alasan yang jelas.
6. Relevansi dengan Dunia Post-Apokaliptik
Dalam konteks 28 Years Later, penggunaan puisi ini menjadi sangat relevan karena mencerminkan tema-tema utama dari film, seperti kelelahan tanpa akhir, kehilangan harapan, dan perjuangan untuk bertahan hidup. Dunia yang digambarkan dalam film adalah tempat di mana manusia terjebak dalam siklus penderitaan, mirip dengan bagaimana para tentara dalam puisi Kipling terjebak dalam langkah-langkah mereka yang tiada henti.
Makna dalam Film:
Penggunaan puisi ini dalam trailer film menciptakan atmosfer suram dan mencerminkan perasaan putus asa yang dialami oleh karakter-karakter dalam dunia yang hancur oleh infeksi zombie. Langkah kaki tentara dalam puisi menjadi metafora bagi manusia yang terus bertahan hidup tanpa kepastian kapan penderitaan mereka akan berakhir.