Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) baru-baru ini mengambil langkah tegas dengan memberhentikan Effendi Simbolon dari keanggotaan partai. Keputusan ini diambil setelah Effendi secara terbuka mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2024, yang berseberangan dengan calon resmi yang diusung PDIP, yaitu Pramono Anung dan Rano Karno.
Siapakah Effendi Simbolon, mengapa pemecatannya menjadi berita besar ?
Profil Effendi Simbolon
Effendi Muara Sakti Simbolon lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada 1 Desember 1964. Ia merupakan putra bungsu dari St. MM Simbolon dan Martha br. Tobing. Pendidikan dasarnya dimulai di SD Negeri Cendrawasih Banjarbaru (1969–1975), kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 41 Jakarta (1975–1979) dan SMA Negeri 3 Jakarta (1979–1982). Setelah itu, Effendi menempuh pendidikan tinggi di Universitas Jayabaya, Jakarta, dan lulus pada tahun 1988.
Karier politiknya dimulai dengan bergabung ke PDIP, di mana ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Sumber Daya dan Dana. Effendi juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi, termasuk sebagai Ketua Umum PB Lembaga Karatedo Indonesia (Lemkari) dan penggagas terbentuknya Pusat Punguan Simbolon dohot Boruna se-Indonesia (PSBI), sebuah perkumpulan bagi keluarga dengan marga Simbolon.
Karier Politik dan Pencapaian
Periode | Jabatan | Pencapaian |
---|---|---|
2004–2009 | Anggota DPR RI dari PDIP mewakili Dapil DKI Jakarta III | Terpilih dengan perolehan suara signifikan, menunjukkan kepercayaan konstituen. |
2009–2014 | Anggota DPR RI periode kedua | Aktif dalam berbagai komisi dan turut serta dalam pembahasan undang-undang penting. |
2014–2019 | Anggota DPR RI periode ketiga | Menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi VII yang membidangi Energi, Sumber Daya Mineral, Riset, Teknologi, dan Lingkungan Hidup. |
2019–2024 | Anggota DPR RI periode keempat | Melanjutkan kontribusi dalam legislatif dan aktif dalam berbagai isu nasional. |
Kontroversi dan Pemecatan dari PDIP
Pada November 2024, Effendi Simbolon menghadiri pertemuan antara Presiden ke-7 RI Joko Widodo dan calon gubernur Jakarta, Ridwan Kamil. Kehadirannya dalam acara tersebut menimbulkan spekulasi mengenai dukungannya terhadap pasangan Ridwan Kamil-Suswono, yang berseberangan dengan calon resmi yang diusung PDIP, yaitu Pramono Anung dan Rano Karno. Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat, menegaskan bahwa dengan tindakan tersebut, Effendi telah melanggar disiplin partai dan secara otomatis tidak lagi menjadi kader PDIP.
Latar Belakang Keputusan
Effendi Simbolon, yang telah lama dikenal sebagai kader senior PDIP, menghadiri pertemuan antara Presiden ke-7 RI Joko Widodo dan Ridwan Kamil di Cempaka Putih, Jakarta, pada 18 November 2024. Kehadirannya dalam acara tersebut menimbulkan spekulasi mengenai dukungannya terhadap pasangan Ridwan Kamil-Suswono. Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat, menegaskan bahwa dengan tindakan tersebut, Effendi telah melanggar disiplin partai dan secara otomatis tidak lagi menjadi kader PDIP.
Reaksi dari Internal Partai
Djarot Saiful Hidayat menyatakan bahwa PDIP adalah partai yang menjunjung tinggi disiplin dan ideologi. Manuver politik yang dilakukan oleh Effendi dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai. Meskipun demikian, Djarot menegaskan bahwa dukungan Effendi kepada Ridwan Kamil tidak akan mempengaruhi soliditas dan dukungan kader PDIP terhadap pasangan Pramono Anung-Rano Karno.
Pandangan Pengamat Politik
Arif Nurul Imam, Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, berpendapat bahwa tindakan PDIP yang tidak segera menindaklanjuti langkah Effendi menunjukkan bahwa partai tersebut mungkin sudah tidak menganggap Effendi sebagai bagian dari mereka. Hal ini mencerminkan sikap tegas PDIP dalam menjaga konsistensi dan loyalitas kadernya terhadap keputusan partai.
Respons dari Ridwan Kamil
Ridwan Kamil, calon gubernur Jakarta nomor urut 1, menanggapi dukungan yang diberikan oleh Effendi Simbolon, mantan kader PDI Perjuangan (PDI-P), terhadap pencalonannya. Ridwan Kamil menegaskan bahwa dukungan tersebut didasarkan pada hubungan personal yang erat antara keduanya.
Dalam sebuah pertemuan di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, pada 18 November 2024, Effendi Simbolon hadir dan menyatakan dukungannya kepada Ridwan Kamil. Ridwan Kamil menyebut bahwa Effendi memimpin deklarasi dukungan dari ribuan masyarakat Batak se-Jakarta untuk pasangan Ridwan Kamil-Suswono.
Menanggapi pernyataan Ketua DPP PDI-P, Said Abdullah, yang menyebut dukungan Effendi tidak berpengaruh signifikan terhadap elektabilitasnya, Ridwan Kamil membantah dan menegaskan bahwa dukungan tersebut memiliki dampak yang berarti. Ia menekankan bahwa deklarasi yang dipimpin oleh Effendi melibatkan ribuan orang, menunjukkan besarnya dukungan yang diterima.
Ridwan Kamil juga menyoroti bahwa dinamika politik yang melibatkan pergeseran dukungan adalah hal yang biasa dalam kontestasi politik. Ia menilai bahwa dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari mantan kader partai lain, mencerminkan proses rekonsiliasi dan dinamika politik yang sehat.
Secara keseluruhan, Ridwan Kamil menyambut baik dukungan dari Effendi Simbolon dan komunitas Batak di Jakarta, serta menegaskan bahwa hal tersebut akan memperkuat posisinya dalam Pilkada Jakarta 2024.
Implikasi bagi PDIP
Pemecatan Effendi Simbolon menegaskan komitmen PDIP dalam menegakkan disiplin dan kesetiaan kader terhadap keputusan partai. Langkah ini juga menjadi sinyal bagi kader lainnya untuk tetap tegak lurus dengan garis partai, terutama menjelang kontestasi politik yang krusial seperti Pilgub DKI Jakarta.
Keputusan PDIP untuk memecat Effendi Simbolon mencerminkan upaya partai dalam menjaga integritas dan konsistensi internal. Dukungan yang diberikan Effendi kepada Ridwan Kamil dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap disiplin partai, sehingga tindakan tegas diambil untuk memastikan soliditas PDIP dalam menghadapi Pilgub DKI Jakarta 2024.