Perang antara Israel dan Iran yang meletus pada Juni 2025 bukan hanya mengguncang kawasan Timur Tengah, tetapi juga mengukir sejarah baru sebagai salah satu konflik paling mahal dalam sejarah Israel. Hanya dalam tempo 12 hari, Israel harus merogoh kocek hingga sekitar Rp 325 triliun demi membiayai operasi militer, logistik, bantuan sipil, hingga pemulihan infrastruktur. Artikel ini membahas detail kronologi perang, rincian biaya, analisis dampak ekonomi dan sosial, hingga respons dunia terhadap pemborosan biaya perang kilat ini.
Kronologi dan Eskalasi Perang 12 Hari: Awal Mula Krisis
Permulaan Krisis dan Respons Israel
Awal Juni 2025, Iran meluncurkan serangan rudal ke wilayah utara Israel, membalas dugaan operasi militer Israel di Suriah. Israel pun membalas dengan operasi militer masif, serangan udara, dan penggunaan sistem pertahanan Iron Dome serta David’s Sling untuk menangkal ribuan rudal balasan Iran.
Perang Rudal, Operasi Udara, dan Dampak pada Warga Sipil
Lebih dari dua ribu rudal diluncurkan, menyebabkan kerusakan besar di berbagai kota industri, bandara, hingga jaringan listrik. Sistem pertahanan Israel memang berhasil menahan sebagian besar serangan, tetapi biaya setiap intersepsi mencapai US$ 40.000 hingga 100.000. Sementara operasi udara melibatkan ratusan sortie pesawat tempur yang memerlukan biaya logistik sangat besar.
Keterlibatan Hizbullah dan Milisi Regional
Hizbullah serta kelompok pro-Iran dari Suriah dan Lebanon turut menyerang Israel, memperluas cakupan perang. Israel mengirim pasukan cadangan, mendirikan pusat logistik, serta mengevakuasi ratusan ribu warga dari perbatasan utara.

Rincian Biaya Perang: Dari Militer Hingga Pemulihan
Biaya Sistem Pertahanan dan Amunisi
Dalam 12 hari, lebih dari 2.000 rudal pencegat Iron Dome digunakan, total menelan biaya sekitar US$ 200 juta. Sementara pengoperasian F-35I, F-16I, dan drone tempur menghabiskan ratusan juta dolar untuk bahan bakar, pemeliharaan, dan suku cadang. Operasi pasukan cadangan dan logistik darurat diperkirakan menguras dana hingga US$ 2,5 miliar.
Kerusakan Infrastruktur dan Dana Rekonstruksi
Serangan rudal dan bom menyebabkan kerusakan pada bandara, pembangkit listrik, pabrik, dan perumahan. Pemerintah Israel memperkirakan minimal 3 miliar dolar AS harus dialokasikan untuk memperbaiki infrastruktur vital, belum termasuk biaya pemulihan ekonomi akibat tutupnya sektor industri selama perang.
Bantuan Pengungsi dan Pemulihan Psikologis
Lebih dari 500 ribu warga Israel harus dievakuasi ke tempat penampungan. Biaya bantuan sosial, layanan medis, dan pemulihan kesehatan mental mencapai lebih dari US$ 1 miliar dalam dua minggu perang. Pemerintah mengalokasikan dana tambahan untuk program pemulihan trauma pasca perang.
Dampak Ekonomi dan Sosial Pasca Perang
Penurunan Ekonomi dan Kenaikan Pajak
Bank of Israel memperkirakan konflik ini memangkas pertumbuhan PDB sekitar 1 persen. Sektor pariwisata, teknologi, dan ekspor lumpuh, sementara bursa saham Tel Aviv jatuh hingga 7 persen. Untuk menutup defisit, pemerintah harus menaikkan pajak dan memangkas beberapa program sosial.
Krisis Sosial dan Protes Publik
Ratusan ribu warga mengungsi, sekolah dan rumah sakit kewalahan. Demonstrasi meledak di Tel Aviv dan Haifa, menuntut transparansi anggaran perang dan audit penggunaan dana Rp 325 triliun. Tekanan terhadap pemerintah memuncak, dengan banyak pihak mengkritik keputusan strategi militer yang mahal namun tak sepenuhnya efektif.

Analisis Strategi Militer: Iron Dome, Serangan Presisi, dan Beban Anggaran
Ketergantungan pada Teknologi Canggih
Sistem pertahanan Iron Dome dan David’s Sling menjadi penyelamat, tapi juga beban anggaran. Setiap peluncuran rudal pencegat menelan biaya besar. Operasi udara presisi dengan pesawat dan drone membutuhkan logistik dan suplai senjata berkualitas tinggi.
Biaya Operasi Udara dan Intelijen
Jet tempur Israel melancarkan ribuan serangan ke sasaran di Suriah, Lebanon, dan perbatasan Iran. Setiap sortie bisa menelan biaya minimal US$ 5 juta. Penggunaan drone, intelijen siber, dan logistik digital menambah beban biaya hingga puluhan juta dolar lagi.
Perbandingan Biaya Perang dan Bantuan Luar Negeri
Bandingkan dengan Perang Sebelumnya dan Pengeluaran Iran
Biaya Perang Gaza 2021 hanya US$ 1,2 miliar, Perang Lebanon 2006 sekitar US$ 2,5 miliar. Perang kali ini melonjak jauh karena teknologi senjata modern dan cakupan logistik. Iran, meski tak merilis angka resmi, diduga menghabiskan US$ 10-15 miliar untuk produksi rudal dan pengoperasian milisi di luar negeri selama 12 hari konflik.
Bantuan Amerika Serikat dan Eropa
Bantuan tahunan AS ke Israel US$ 3,8 miliar tak cukup menutupi seluruh biaya. Selama perrang, Israel harus mengandalkan utang jangka pendek, penerbitan obligasi pemerintah, dan penarikan investasi domestik. Negara-negara Eropa memperingatkan Israel soal risiko krisis fiskal jika perrang berlanjut lebih lama.

Respons Masyarakat Israel dan Dunia Internasional
Solidaritas Nasional vs Kritik Anggaran
Awal perrang diwarnai solidaritas dan donasi massal, namun muncul protes keras ketika rincian beban ekonomi diumumkan. Kelompok masyarakat dan anggota parlemen menuntut audit transparan atas penggunaan anggaran perrang. Kasus pemborosan dan pengadaan darurat tanpa tender jadi sorotan di media nasional.
Efek Psikologis dan Tuntutan Pemulihan
Permintaan layanan kesehatan mental melonjak dua kali lipat pasca perrang. Anak-anak, veteran, dan warga sipil mengalami trauma mendalam. Pemerintah dituntut untuk mengalokasikan lebih banyak dana pemulihan sosial daripada sekadar belanja senjata.
Refleksi atas Harga Sebuah Perang Modern
Perang 12 hari antara Israel dan Iran membuktikan bahwa konflik modern tidak hanya mengorbankan nyawa dan keamanan, tapi juga membebani ekonomi negara secara ekstrem. Rp 325 triliun yang dihabiskan menjadi catatan mahalnya harga peperangan dan pentingnya jalur diplomasi. Banyak kalangan menilai, dana sebesar itu lebih baik dialihkan untuk rekonsiliasi, pembangunan, dan program kesejahteraan jangka panjang.