Fenomena investasi emas semakin populer di Indonesia, terutama setelah harga logam mulia ini meroket dalam beberapa bulan terakhir. Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi peringatan tegas: investasi emas tidak boleh dilakukan hanya karena takut ketinggalan tren alias FOMO (Fear of Missing Out). Keputusan berinvestasi harus dilakukan secara sadar, logis, dan berdasarkan perencanaan keuangan yang matang. Terlebih lagi, emas bukanlah instrumen cepat kaya. Ia memerlukan strategi yang tepat dan kesabaran.
Kenaikan Harga Emas Picu Euforia Publik
Lonjakan Harga Emas 2025
Awal tahun 2025 mencatat harga emas di kisaran Rp 1,5 juta per gram. Namun, hanya dalam beberapa bulan, harganya melonjak hingga lebih dari Rp 1,9 juta per gram. Kenaikan ini dipicu oleh ketidakpastian global, pelemahan mata uang, serta krisis geopolitik di beberapa negara. Hal ini mendorong masyarakat untuk melihat emas sebagai aset lindung nilai yang aman di tengah gejolak ekonomi.
Kondisi geopolitik global, seperti konflik di Timur Tengah dan ketegangan dagang antara negara adidaya, turut memberikan tekanan pada pasar finansial dunia. Investor global cenderung beralih ke aset safe haven seperti emas untuk menjaga nilai aset mereka, dan tren ini ikut mengalir ke pasar domestik.
Masyarakat Berbondong-bondong Membeli
Euforia pun muncul. Banyak orang membeli emas secara impulsif tanpa riset mendalam. Inilah yang menjadi kekhawatiran utama OJK. Melalui akun resmi @kontak157, OJK menegaskan bahwa investasi harus berdasarkan analisis, bukan hanya ikut-ikutan. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kalangan milenial yang lebih aktif di media sosial, tetapi juga generasi yang lebih tua yang melihat emas sebagai simbol kestabilan keuangan.
Salah satu pengaruh terbesar dari lonjakan pembelian emas ini adalah tren di media sosial. Banyak influencer keuangan maupun konten kreator memamerkan kepemilikan emas mereka, sehingga menciptakan persepsi bahwa emas adalah jalan menuju kekayaan. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu.
OJK dan Pegadaian Angkat Bicara
Pesan dari OJK
Dalam unggahan edukatifnya, OJK menyampaikan: “Jangan beli emas hanya karena ikut-ikutan. Investasi butuh logika, bukan sekadar FOMO.” Imbauan ini hadir di tengah tren beli emas yang meroket, terutama di kalangan generasi muda. OJK menggarisbawahi pentingnya memahami instrumen investasi sebelum menanamkan dana.
Berdasarkan data OJK, semakin banyak laporan pengaduan dari masyarakat yang merasa dirugikan setelah membeli emas pada saat harga tinggi. Banyak dari mereka berharap harga emas terus naik, tetapi tidak memperhitungkan risiko penurunan nilai yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Pandangan Direktur Utama Pegadaian
Damar Latri Setiawan, Dirut PT Pegadaian, juga angkat bicara. Menurutnya, investasi emas harus dilihat dari aspek fundamental. “Perlu dilihat pengaruh fundamental yang memengaruhi harga emas. Jangan hanya karena ikut-ikutan,” ujarnya dalam webinar OJK Institute. Ia juga menegaskan bahwa emas merupakan instrumen jangka panjang, dan bukan untuk dipakai dalam skema investasi jangka pendek atau spekulatif.
Pegadaian mencatat lonjakan transaksi emas digital selama kuartal pertama 2025, meningkat hingga 27% dibandingkan tahun sebelumnya. Sayangnya, sebagian besar transaksi tersebut tidak disertai pemahaman tentang produk yang dibeli.
Risiko FOMO dalam Investasi Emas
Harga Tidak Selalu Naik
Meskipun emas dianggap aman, namun harga tetap fluktuatif. Investor yang membeli di harga tinggi karena FOMO bisa mengalami kerugian jika harga mendadak turun. Tidak sedikit dari mereka yang terpaksa menjual dengan kerugian karena tekanan keuangan.
Bahkan pada saat-saat tertentu, harga emas bisa menurun drastis dalam waktu singkat jika ada sentimen global yang membaik, atau suku bunga di negara maju kembali naik, membuat investor kembali melirik aset berbasis bunga ketimbang emas.
Risiko Penipuan
Di tengah tren emas, muncul juga praktik penipuan. Banyak oknum menawarkan emas palsu atau investasi bodong berkedok logam mulia. Masyarakat yang kurang waspada bisa menjadi korban. Penawaran yang terlalu indah untuk jadi kenyataan, seperti emas yang dijual dengan harga jauh di bawah pasar atau skema cashback tinggi, adalah tanda bahaya.
Kasus investasi bodong berbasis emas yang terjadi di berbagai daerah menunjukkan bahwa euforia tanpa edukasi bisa dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan finansial.
Keputusan Tidak Rasional
Investasi seharusnya berdasarkan tujuan jangka panjang dan strategi keuangan. FOMO mendorong keputusan spontan, tanpa memikirkan jangka panjang. Alih-alih menghasilkan keuntungan, keputusan emosional ini justru dapat menjerumuskan ke kerugian. Selain itu, keinginan untuk segera untung kadang membuat investor mengabaikan prinsip dasar investasi: pahami dulu sebelum membeli.
Tips Investasi Emas yang Aman dan Bijak
Gunakan Uang Dingin
Investasi sebaiknya menggunakan dana yang tidak mengganggu kebutuhan harian. Dengan uang dingin, tekanan untuk segera menjual di saat rugi bisa diminimalkan. Hal ini juga memberikan ruang psikologis bagi investor untuk lebih rasional dalam menghadapi fluktuasi pasar.
Pilih Gramasi Kecil
Untuk pemula, emas batangan kecil lebih fleksibel dijual. Ini juga memudahkan diversifikasi dan mencairkan dana sewaktu-waktu. Emas dengan ukuran 0,5 gram hingga 5 gram bisa dibeli secara berkala dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan.
Beli dari Tempat Resmi
Pastikan membeli emas dari lembaga terpercaya seperti Pegadaian, Antam, atau toko emas resmi. Hindari transaksi dari platform tidak jelas. Jika bertransaksi secara online, pastikan platform tersebut memiliki izin dan review positif dari konsumen lain.
Hindari Trading Jangka Pendek
Emas bukan instrumen spekulasi harian. Kenaikan nilai emas biasanya terasa dalam jangka panjang. Trading harian emas sangat berisiko jika tanpa pengalaman. Banyak investor pemula yang salah kaprah dengan mencoba “main emas” seperti saham, padahal karakteristik keduanya berbeda.
Simpan dengan Aman
Selain membeli, penyimpanan emas juga harus diperhatikan. Gunakan brankas di rumah atau layanan safe deposit box di bank. Jika berinvestasi emas digital, pastikan keamanan akun dijaga ketat dengan autentikasi ganda dan password yang kuat.
Edukasi Finansial Adalah Kunci
Terakhir, jangan berhenti belajar. Banyak platform edukasi yang menawarkan informasi dasar tentang emas, tren pasar, dan strategi investasi. Semakin tinggi pengetahuan, semakin kecil kemungkinan Anda akan terjebak dalam investasi yang tidak sesuai.
Hindari FOMO, Jadilah Investor Emas yang Cerdas
OJK dan pelaku industri emas seperti Pegadaian sama-sama menekankan pentingnya kesadaran dan rasionalitas dalam berinvestasi. FOMO bukan alasan yang tepat untuk membeli emas. Edukasi finansial, pemahaman risiko, dan strategi yang matang adalah fondasi utama untuk menjadi investor yang sukses.
Di tengah tren emas yang menggoda, langkah terbaik adalah tetap tenang dan berpikir panjang. Jangan biarkan euforia sesaat mengaburkan tujuan keuangan Anda. Emas bisa menjadi aset yang kuat dan stabil, jika Anda mengelolanya dengan pengetahuan dan perencanaan. Ingat, menjadi investor bukan soal cepat kaya, tapi soal cerdas merancang masa depan.